BK Anthony Strano, Greece |
Di
dunia, yang segala sesuatu telah menjadi serba pamer, berisik dan penuh dengan kedangkalan,
akan sulit untuk mengapresiasi kekuatan untuk mengintrospeksi diri. Seni menggunakan
kesunyian, menjadi tenang beberapa saat, jarang sekali terpikirkan, walaupun
kesunyian merupakan alat teragung untuk menyegarkan diri.
Namun,
hanya jika seseorang berlatih dengan mengintrospeksi diri dalam kesunyian
barulah penyegaran dan penguatan diri yang terjadi bisa diapresiasi. Introspeksi
bukanlah sebuah penolakan kehidupan dan segala tantangannya karena saya ingin mengasingkan
diri. Saya memilih kesunyian dan menyelami diri saya sendiri bukan karena
ketakutan atau
ketidaksukaan, sebaliknya, menyelami diri sendiri dan beberapa kali bertemu dengan jati diri saya dalam sehari dapat menguatkan keyakinan dan kepekaan arah.
ketidaksukaan, sebaliknya, menyelami diri sendiri dan beberapa kali bertemu dengan jati diri saya dalam sehari dapat menguatkan keyakinan dan kepekaan arah.
Introspeksi
juga sebuah kesempatan untuk merenung dan dengan demikian bisa mengetahui pola
mana dalam diri saya yang menyebabkan masalah dan mana yang memerlukan
perubahan.
Merenung
juga menciptakan pemahaman yang jelas untuk menghadapi situasi. Tujuan
introspeksi adalah untuk menyesuaikan diri saya agar hidup selaras dan positif
dalam dunia yang penuh kerumitan.
Dunia yang terkadang membentur kita tanpa peringatan dan mampu membuat keamanan kita terguling dari fondasinya. Dalam keheningan diri itu, saya bertemu dengan akar asli jati diri saya, yaitu sang jiwa. Saat berada di sana, saya menemukan energi kedamaian, cinta kasih dan kebahagiaan yang kekal abadi. Bukan menemukan semua itu, tetapi saya sungguh merasakannya sebagai kenyataan pribadi saya. Pengalaman ini sangat menguatkan.
Dunia yang terkadang membentur kita tanpa peringatan dan mampu membuat keamanan kita terguling dari fondasinya. Dalam keheningan diri itu, saya bertemu dengan akar asli jati diri saya, yaitu sang jiwa. Saat berada di sana, saya menemukan energi kedamaian, cinta kasih dan kebahagiaan yang kekal abadi. Bukan menemukan semua itu, tetapi saya sungguh merasakannya sebagai kenyataan pribadi saya. Pengalaman ini sangat menguatkan.
Dalam kesunyian yang hening itu,
saya menjauh dari kebisingan dan kesibukan kehidupan seharihari di luar sana,
dan saya beristirahat dengan tenang pada titik keheningan itu. Di dalam keheningan
itu ada ketenangan dan lepas dari beban pikiran, perkataan dan perbuatan yang
tidak berguna. Saya bersama diri saya selama beberapa saat, dan ini memberikan kekuatan
serta kemauan untuk berpartsipasi dalam kehidupan di luar.
Dalam kesunyian
diri itu ada penyegaran dan pengisian energi. Kemudian dari titik kesunyian di
dalam diri tersebut saya mengamati. Namun, saya tidak diam mengamati tetapi saya
sang jiwa yang berenergi, ditarik untuk berekspresi dan berpartisipasi. Hanya
dalam introspeksi saya mampu berhubungan dengan jati diri saya yang asli dan
kekal abadi. Hubungan di dalam diri ini memungkinkan saya untuk berhubungan dan
menyelaraskan diri dengan Tuhan,
Sang Sumber Kekuatan
Yang Tanpa Syarat, yang bisa membantu diri untuk mengisikekuatan kembali. Hubungan
ganda ini nantinya akan membantu hubungan yang positif dengan manusia, waktu
dan tugastugas yang terdekat dengan diri saya. Tanda introspeksi sejati
pastinya adalah kebahagiaan dan rasa optimis. Bila seseorang menyelami diri dan
menjadi pendiam tetapi menjadi kasar, murung dan tidak
mau berkomunikasi
berarti ada yang salah dimengerti atau tidak dipraktekkan dengan cara yang benar.
Bukannya
berkoneksi saya malah memutus diri dari arus yang menyegarkan. Stopkontak yang rusak
telah tersambung dengan hal-hal seperti: kesal, perasaan tidak suka,
memperhatikan diri
sendiri, melihat kelemahan orang lain, berduka tentang masa lampau…. masih
banyak lagi jenis stopkontak yang rusak lainnya. Dalam keheningan introspeks,
diri dibangkitkan dan bisa mendengar tiga pertanyaan:
“Apa harapan saya untuk diri saya?” ”Apakah harapan Tuhan untuk
diri saya?”
”Apa panggilan hidup saya?”
”Apa panggilan hidup saya?”
Sesuai
dengan keterbukaan saya, saya bisa menemukan jawabannya dalam keheningan
introspeksi, di mana ada kesadaran atau pertanda dari penilaian mendalam saya
dan juga
dari Tuhan. Hal pertama yang muncul dari introspeksi sejati adalah menciptakan
posisi yang netral, jauh dari konsep dan keputusan yang salah mengenai diri
sendiri dan
orang lain. Keadaan yang netral ini membantu saya menemukan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
di atas atau pertanyaan apapun yang mungkin saya miliki. Dengan
kenetralan ini muncul kedamaian dan ketidakterikatan dari pita merah emosi yang
menentukan hubungan saya, baik dengan diri saya sendiri maupun dunia terdekat
di sekitar saya.
0 comments:
Post a Comment