Sebagian besar dari kita secara logika memahami bahwa semua bentuk
kemarahan adalah emosi yang tiada manfaat, tetapi ketika kita masuk ke
dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung berpendapat bahwa ada
beberapa situasi di mana kemarahan harus digunakan. Ketika seseorang
mencoba untuk menyakiti saya secara pribadi, seperti memberikan
kesedihan ke teman saya atau orang yang saya cintai, mengungkapkan
keluhan tentang pekerjaan saya ke atasan saya di kantor, menghina saya
atau menyenggol mobil saya di persimpangan jalan, saat dalam situasi
seperti itu kita merasa wajar kalau kita marah. Tetapi prinsip dasar
dalam kasus ini adalah sama.
Dalam pikiran, kita mencoba untuk mengontrol dan mengubah apa yang kita tidak dapat ubah, orang-orang, masa lalu, peristiwa atau lainnya.
Dalam semua kasus di atas kita sangat menderita ketika hal-hal yang dekat/berhubungan dengan kita berubah atau hilang. Jadi mengapa itu terjadi? Itu karena kita terus ‘terlalu tergantung’ dengan semua hal yang dekat dengan kita atau dengan kata lain kita ‘lebih melekat’ pada mereka. Ketika seseorang menilai remeh diri saya di tempat kerja, atau dengan kata lain mencoba untuk menggantikan posisi saya di kantor hingga saya menjadi emosi/menderita,itu karena saya mengidentifikasi diri saya dengan peran saya di kantor. Ketika seseorang menggores cat mobil saya, rasa marah muncul dalam diri saya, karena saya mengidentifikasi diri saya adalah mobil..! Ini adalah kesalahan mendasar. Ini adalah penyebab terdalam dari penderitaan yang disebut amarah. Tentu saja kita tidak menyadari hal ini, tapi jika kita meluangkan waktu sejenak dan melihat apa yang kita lakukan dalam pikiran kita, kita akan melihat gambar dari peran kita atau mobil kita di layar pikiran kita. Karena kita telah mengikatkan diri pada gambar yang ada dalam pikiran kita, hingga kita kehilangan identitas spiritual kita atau individualitas dalam citra tersebut. Akibatnya kita mengidentifikasi sepenuhnya diri kita dengan peran atau mobil. Jadi jika peran atau mobil dirugikan dengan cara apapun, rasanya seperti itu yang terjadi pada diri kita dan, sebagai hasilnya, kita menjadi terganggu atau marah. Nah.. untuk mulai bisa membuat marah mulai sedikit ‘jinak’ secara alami senjatanya adalah mulai mengurangi keterikatan.
Dalam pikiran, kita mencoba untuk mengontrol dan mengubah apa yang kita tidak dapat ubah, orang-orang, masa lalu, peristiwa atau lainnya.
Dalam semua kasus di atas kita sangat menderita ketika hal-hal yang dekat/berhubungan dengan kita berubah atau hilang. Jadi mengapa itu terjadi? Itu karena kita terus ‘terlalu tergantung’ dengan semua hal yang dekat dengan kita atau dengan kata lain kita ‘lebih melekat’ pada mereka. Ketika seseorang menilai remeh diri saya di tempat kerja, atau dengan kata lain mencoba untuk menggantikan posisi saya di kantor hingga saya menjadi emosi/menderita,itu karena saya mengidentifikasi diri saya dengan peran saya di kantor. Ketika seseorang menggores cat mobil saya, rasa marah muncul dalam diri saya, karena saya mengidentifikasi diri saya adalah mobil..! Ini adalah kesalahan mendasar. Ini adalah penyebab terdalam dari penderitaan yang disebut amarah. Tentu saja kita tidak menyadari hal ini, tapi jika kita meluangkan waktu sejenak dan melihat apa yang kita lakukan dalam pikiran kita, kita akan melihat gambar dari peran kita atau mobil kita di layar pikiran kita. Karena kita telah mengikatkan diri pada gambar yang ada dalam pikiran kita, hingga kita kehilangan identitas spiritual kita atau individualitas dalam citra tersebut. Akibatnya kita mengidentifikasi sepenuhnya diri kita dengan peran atau mobil. Jadi jika peran atau mobil dirugikan dengan cara apapun, rasanya seperti itu yang terjadi pada diri kita dan, sebagai hasilnya, kita menjadi terganggu atau marah. Nah.. untuk mulai bisa membuat marah mulai sedikit ‘jinak’ secara alami senjatanya adalah mulai mengurangi keterikatan.
0 comments:
Post a Comment