Sebutir telor burung rajawali
dierami oleh seekor ayam berbarengan dengan beberapa butir telor ayam. Saatnya
menetas, telor rajawali pun menetas. Si anak burung rajawali pun bergabung
degan ayam. Ia berjalan layaknya ayam. Ia tidak menggunakan sayapnya untuk
terbang sebagaimana layaknya burung rajawali. Suatu ketika, ia melihat
sekelompok rajawali terbang. Dan ia begitu merasa bangga seandainya bisa
terbang seperti rajawali-rajawali itu. Suatu ketika, seekor rajawali melihat
anak rajawali ini, dan menghampiri. Si burung rajawali ini menghampiri dan
berkata pada anak rajawali yang selama ini merasa sebagai anak ayam. Rajawali
dewasa berkata: ” Hei nak, kau bukan golongan ayam. Kau adalah golongan kami,
para rajawali yang bisa terbang tinggi di angkasa dan melanglang di langit nan
tinggi.”
Si anak rajawali tidak percaya perkataan rajawali dewasa. Ia masih saja berktek seperti ayam dan tidak menggunakan potensi sayapnya untuk terbang. Suatu ketika kelompok ayam ini dikejar oleh musang sampai pinggir jurang. Karena sudah tidak ada tempat untuk lari lagi, ayam-ayam lainpun terpaksa nyebur ke jurang. Termasuk anak burung rajawali. Karena ayam memang tidak bisa terbang, semua ayam mati tercebur ke dalam jurang. Beda dengan anak rajawali, karena kondisi terpaksa, ia secara reflek mengepakkan sayapnya. Dan kemudian bisa terbang. Akhirnya ia menemukan jati dirinya. Burung rajawali yang gagah perkasa terbang mengarungi angkasa nan biru. Inilah kodrat nya.
Si anak rajawali tidak percaya perkataan rajawali dewasa. Ia masih saja berktek seperti ayam dan tidak menggunakan potensi sayapnya untuk terbang. Suatu ketika kelompok ayam ini dikejar oleh musang sampai pinggir jurang. Karena sudah tidak ada tempat untuk lari lagi, ayam-ayam lainpun terpaksa nyebur ke jurang. Termasuk anak burung rajawali. Karena ayam memang tidak bisa terbang, semua ayam mati tercebur ke dalam jurang. Beda dengan anak rajawali, karena kondisi terpaksa, ia secara reflek mengepakkan sayapnya. Dan kemudian bisa terbang. Akhirnya ia menemukan jati dirinya. Burung rajawali yang gagah perkasa terbang mengarungi angkasa nan biru. Inilah kodrat nya.
Bukankah kondisi kitapun seperti
ini? Kita adalah tamu di bumi ini. Bukan penghuni bumi. Kita telah di nina
bobokan seakan penghuni bumi. Badan memang tumbuh karena makanan dari bumi.
Tetapi, apakah aku badan?
Aku menggunakan kakiku untuk
berjalan, berarti aku bukan kaki….
Aku menggunakan tanganku, berarti
aku bukan tangan………
Aku menggunakan badan ku, berarti
aku bukan badan..
Aku menggunakan pikiran ku,
berarti aku bukan pikiran……..
Gunakan lah akal budimu untuk
menemukan jawabannya. Tuhan telah memberikan sinyal melalui para suci. Para
suci telah menebar berita baik untuk memperingatkan siapa jati diri ini. Saat
kematian tiba,segala sesuatu yang berkaitan dengan benda kasar, badan akan
ditinggalkan di bumi. Tiada sesuatu yang hilang di alam ini. Pikiran pun
bersubstansi. Ucapan pun terus bergema dan di simpan di alam. Ia tersimpan di
suatu tempat. Jiwa atau Roh adalah urusan Tuhan. Berarti jiwa beda
substansinya dengan pikiran. Pikiran terdiri dari intelek dan intelejensia. Ke
duanya berpisah dan bertempat di ruang atau dimensi yang berbeda. Masingmasing
ada ruang yang sesuai dengan frekuensinya. Alam maha sempurna mengatur
segalanya. Apakah setelah meninggal jiwa kembali ke asalnya? Perjalanan belum
selesai. Sang waktu masih menunggu untuk dijelajahi sang jiwa. Namun sayangnya
jiwa masih punya hutang yang tercipta akibat perbuatan. Masih terikat oleh
hukum alam atau tepatnya hukum bumi. Hukum sebab akibat. Berarti jiwa belum
bisa berpindah dimensi. Jiwa begitu terikat erat oleh mind dan hukum sebab
akibat…. Kodratnya, jiwa berkeliaran bebas seperti burung rajawali. Pindah dari
satu dimensi ke dimensi lain…..dari satu waktu ke waktu yang lain… Apakah
karena jiwa-jiwa kita ini sebagai narapidana di bumi ini? Kita adalah makhluk
asing di bumi ini. Mengapa masih saja meng-identifikasikan diri sebagai badan?
Tidak lelahkah tinggal di bumi dan lupa jati diri sebagai rajawali yang gagah
perkasa ?????? Jawaban di tangan kita masing-masing. para suci , avatar dan
nabi bahkan TUHAN telah turun untuk mengingatkan kita…. Lucunya, Kita terjebak
oleh dunia ini……
0 comments:
Post a Comment