Aku adalah tamu di bumi ini.

Suatu ilustrasi menarik……….
Sebutir telor burung rajawali dierami oleh seekor ayam berbarengan dengan beberapa butir telor ayam. Saatnya menetas, telor rajawali pun menetas. Si anak burung rajawali pun bergabung degan ayam. Ia berjalan layaknya ayam. Ia tidak menggunakan sayapnya untuk terbang sebagaimana layaknya burung rajawali. Suatu ketika, ia melihat sekelompok rajawali terbang. Dan ia begitu merasa bangga seandainya bisa terbang seperti rajawali-rajawali itu. Suatu ketika, seekor rajawali melihat anak rajawali ini, dan menghampiri. Si burung rajawali ini menghampiri dan berkata pada anak rajawali yang selama ini merasa sebagai anak ayam. Rajawali dewasa berkata: ” Hei nak, kau bukan golongan ayam. Kau adalah golongan kami, para rajawali yang bisa terbang tinggi di angkasa dan melanglang di langit nan tinggi.”
Si anak rajawali tidak percaya perkataan rajawali dewasa. Ia masih saja berktek seperti ayam dan tidak menggunakan potensi sayapnya untuk terbang. Suatu ketika kelompok ayam ini dikejar oleh musang sampai pinggir jurang. Karena sudah tidak ada tempat untuk lari lagi, ayam-ayam lainpun terpaksa nyebur ke jurang. Termasuk anak burung rajawali. Karena ayam memang tidak bisa terbang, semua ayam mati tercebur ke dalam jurang. Beda dengan anak rajawali, karena kondisi terpaksa, ia secara reflek mengepakkan sayapnya. Dan kemudian bisa terbang. Akhirnya ia menemukan jati dirinya. Burung rajawali yang gagah perkasa terbang mengarungi angkasa nan biru. Inilah kodrat nya.
Bukankah kondisi kitapun seperti ini? Kita adalah tamu di bumi ini. Bukan penghuni bumi. Kita telah di nina bobokan seakan penghuni bumi. Badan memang tumbuh karena makanan dari bumi. Tetapi, apakah aku badan?
Aku menggunakan kakiku untuk berjalan, berarti aku bukan kaki….
Aku menggunakan tanganku, berarti aku bukan tangan………
Aku menggunakan badan ku, berarti aku bukan badan..
Aku menggunakan pikiran ku, berarti aku bukan pikiran……..
Gunakan lah akal budimu untuk menemukan jawabannya. Tuhan telah memberikan sinyal melalui para suci. Para suci telah menebar berita baik untuk memperingatkan siapa jati diri ini. Saat kematian tiba,segala sesuatu yang berkaitan dengan benda kasar, badan akan ditinggalkan di bumi. Tiada sesuatu yang hilang di alam ini. Pikiran pun bersubstansi. Ucapan pun terus bergema dan di simpan di alam. Ia tersimpan di suatu tempat. Jiwa atau Roh adalah urusan Tuhan. Berarti jiwa beda substansinya dengan pikiran. Pikiran terdiri dari intelek dan intelejensia. Ke duanya berpisah dan bertempat di ruang atau dimensi yang berbeda. Masingmasing ada ruang yang sesuai dengan frekuensinya. Alam maha sempurna mengatur segalanya. Apakah setelah meninggal jiwa kembali ke asalnya? Perjalanan belum selesai. Sang waktu masih menunggu untuk dijelajahi sang jiwa. Namun sayangnya jiwa masih punya hutang yang tercipta akibat perbuatan. Masih terikat oleh hukum alam atau tepatnya hukum bumi. Hukum sebab akibat. Berarti jiwa belum bisa berpindah dimensi. Jiwa begitu terikat erat oleh mind dan hukum sebab akibat…. Kodratnya, jiwa berkeliaran bebas seperti burung rajawali. Pindah dari satu dimensi ke dimensi lain…..dari satu waktu ke waktu yang lain… Apakah karena jiwa-jiwa kita ini sebagai narapidana di bumi ini? Kita adalah makhluk asing di bumi ini. Mengapa masih saja meng-identifikasikan diri sebagai badan? Tidak lelahkah tinggal di bumi dan lupa jati diri sebagai rajawali yang gagah perkasa ?????? Jawaban di tangan kita masing-masing. para suci , avatar dan nabi bahkan TUHAN telah turun untuk mengingatkan kita…. Lucunya, Kita terjebak oleh dunia ini……

0 comments:

Post a Comment

BinaSukma. Powered by Blogger.

Categories